Studi Terbaru Mengungkap Stres dan Kesehatan Mental Siswa Selama Pembelajaran Daring menuntut pengembangan kurikulum
Tim peneliti yang dipimpin oleh Zalik Nuryana dari Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan, telah melakukan penelitian yang mengungkapkan dampak stres dan kesehatan mental siswa selama pembelajaran daring. Penelitian ini melibatkan sejumlah anggota tim peneliti yang terdiri dari Wenbin Xu dari School of Education Science, Nanjing Normal University; Luky Kurniawan dari Universitas Mercu Buana Yogyakarta; Natri Sutanti dari Universitas Negeri Yogyakarta; Syahdara Anisa Makruf dari Universitas Islam Indonesia; dan Indah Nurcahyati dari SMA Negeri 1 Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Indonesia.
Penelitian ini dilakukan sebagai respons terhadap pandemi COVID-19 yang telah mengubah paradigma pembelajaran di seluruh dunia. Dalam kondisi pembatasan, pembelajaran daring menjadi alternatif utama bagi siswa. Namun, penelitian ini menyoroti tantangan baru yang dihadapi siswa dalam menghadapi pembelajaran daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan tingkat stres selama pembelajaran daring. Keterbatasan dan gangguan yang disebabkan oleh pandemi berdampak pada kesehatan mental siswa, mengakibatkan stres yang lebih tinggi serta ancaman terhadap perasaan keberhasilan individu mereka.
Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa siswa perempuan dan siswa yang lebih tua lebih rentan mengalami gejala depresi selama pandemi COVID-19. Hal ini menunjukkan perlunya dukungan dan perhatian khusus terhadap kesehatan mental siswa selama masa pembelajaran daring. Dalam rangka mengatasi masalah ini, peneliti merekomendasikan pengembangan kurikulum sekolah pasca COVID-19 yang mampu mengakomodasi berbagai tantangan dan isu kesehatan mental yang dihadapi siswa. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya penelitian lebih lanjut dalam bidang pembelajaran daring, pendidikan tinggi, tidur, kesepian, stres yang dirasakan, insomnia, kecerdasan emosional, dan ketahanan psikologis.
Dalam wawancara eksklusif dengan Ketua Tim Peneliti, Zalik Nuryana menyatakan, “Temuan penelitian kami menyoroti pentingnya memperhatikan kesehatan mental siswa selama pembelajaran daring. Pengembangan kurikulum yang responsif terhadap kebutuhan siswa menjadi langkah penting dalam menghadapi masa pasca COVID-19. Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi landasan bagi pembuat kebijakan pendidikan dan sekolah dalam memperbaiki sistem pendidikan di masa depan.”
Penelitian ini juga mencatat bahwa survei yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa sejumlah besar siswa mengalami gejala gangguan stres dan depresi selama pandemi, terutama saat mengikuti pembelajaran daring. Siswa perempuan dan siswa yang lebih tua cenderung lebih rentan terhadap gejala depresi. Selain itu, tantangan pembelajaran daring juga menjadi faktor yang memperburuk masalah stres siswa. Kecemasan yang meningkat dan kelelahan fisik dan mental akibat penggunaan internet yang berlebihan dan akses yang terbatas terhadap koneksi internet yang stabil, semakin memperparah gejala stres dan depresi. Melalui analisis bibliometrik terhadap lebih dari 1.300 artikel, penelitian ini mengidentifikasi beberapa penulis yang paling produktif dalam kajian tentang stres dan kesehatan mental siswa selama COVID-19. Penulis yang paling produktif adalah Li X, sementara kata kunci yang paling sering digunakan meliputi COVID-19, stres, kesehatan mental, kecemasan, dan depresi.
Dalam kesimpulan penelitian ini, tim peneliti menekankan pentingnya pengembangan kurikulum sekolah yang mengatasi tantangan dan masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh siswa selama dan setelah pandemi. Dalam upaya mendukung kesejahteraan siswa, peneliti merekomendasikan eksplorasi tema-tema alternatif seperti pembelajaran daring, pendidikan tinggi, tidur, kesepian, stres yang dirasakan, insomnia, kecerdasan emosional, dan ketahanan psikologis. Penelitian ini memberikan wawasan berharga bagi para pendidik, pembuat kebijakan, dan pihak terkait dalam merumuskan dan mempersiapkan kurikulum yang dapat memberikan dukungan yang lebih baik bagi siswa dalam menjalani pembelajaran di era pasca COVID-19. Dengan memperhatikan masalah ini secara proaktif, diharapkan siswa dapat mengatasi stres dan menjaga kesehatan mental mereka dengan lebih baik saat kembali ke pembelajaran tatap muka.
Link lengkap artikel dapat dilihat di: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2666497623000188