Kuliah Umum Daring di Era Pandemi
Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menyelenggarakan Kuliah Umum bertajuk “Revitalisasi Nilai Pendidikan Islam Berkemajuan di Era Pandemi”, Selasa (15/12/2020). Kuliah umum menghadirkan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, CBE. sebagai narasumber utama. Kuliah Umum diadakan secara berani dengan menggunakan media Zoom Meeting berkapasitas 500 orang dan diakses langsung di Channel Youtube PAI dari pukul 12.30 sampai 15.00 WIB. Berbeda dari Kuliah Umum sebelumnya, peserta Kuliah Umum tahun ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa PAI UAD saja, tapi juga dibuka untuk khalayak umum.
Dr. Yusutria selaku Ketua Panitia saat ditemui sebelum acara menyampaikan rasa terimakasihnya kepada seluruh civitas akademika Universitas Ahmad Dahlan yang telah terlibat dalam penyelenggaraan kuliah umum ini. “Semoga acara kuliah umum ini dapat menambah wawasan tentang Pendidikan Islam dan Prodi PAI UAD tetap menjadi Prodi yang Profesional Menginspirasi,” Tuturnya.
Hadir memberikan pelayanan dalam Kuliah Umum, Farid Setiawan, S.Pd. M.Pd.I. (Kaprodi PAI-UAD) menjelaskan bahwa kuliah umum ini merupakan agenda wajib tahunan Prodi Pendidikan Agama Islam. Selain itu Farid juga mengedap rasa terimakasih kepada Prof. Azra yang telah memberikan pencerahan dan wawasan tambahan kepada mahasiswa dalam mengikuti dinamika dan isu terbaru mengenai pentingnya Pendidikan Islam di masa pandemi. “Program ini menjadi bagian dari upaya upaya pencerahan agar mahasiswa PAI tetap menjadi arif dan berpikir positif dalam menghadapi pandemi covid ini,” tandasnya.
Hadir pula memberi dalam kesempatan tersebut Dr Nur Kholis M.Ag. (Dekan FAI-UAD) menyebutkan bahwa tema Kuliah Umum ini sangat relefan dengan semangat gerakan Muhammadiyah abad ke-2 yang mengusung tema Islam berkemajuan. Tema yang relefan ini juga akan disampaikan oleh seorang yang sangat relefan pula dengan kualifikasi keilmuannya. “Program Kuliah Umum ini merupakan lompatan besar untuk meningkatkan sumber daya insani yang berkemajuan,” tegasnya.
Dalam kuliahnya, Prof. Azyumardi mengungkapkan keresahannya bahwa Mata Kuliah PAI jawaban belum mampu membentuk pemahaman dan praksis keislaman washatiyyahyang merupakan salah satu distingsi pokok Islam Indonesia. Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menyebutkan bahwa masih banyak ia dapati mahasiswa yang paham keislaman transnasional — baik yang non-politis seperti Jamaah Tabligh atau politis seperti Salafi dan Hizbut Tahrir Indonesia — yang tidak kompatibel dengan perspektif dan tradisi Islam washatiyyah, keindonesiaan dan kemoderenan . “PAI seharusnya mampu memberikan perspektif tentang Integrasi keislaman dengan keindonesiaan dan kemoderenan. Jangan sampai ada dari kalangan mahasiswa PAI yang menempatkan keislaman dalam posisi diametral dengan keindonesiaan dan kemoderenan. ” Tandasnya. (Yaum)